Balita tidak mau diajak tidur, baik tidur siang maupun malah hari, adalah hal yang wajar terjadi. Meski terkesan “cuma tidak mau tidur”, kondisi ini seringkali berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak, dari sisi emosi hingga kemandirian.
Yuk kita bahas kenapa balita menolak tidur, serta cara mengatasinya!
Mengapa Balita Menolak Tidur?
Ada beberapa alasan umum mengapa balita sering menolak tidur, diantaranya adalah:
-
Power struggle
Balita mulai menyadari bahwa mereka bisa mengambil keputusan sendiri, termasuk soal kapan harus tidur.
-
Separation anxiety
Kecemasan saat berpisah dari orang tua membuat anak merasa tidak aman ketika waktunya tidurnya tiba.
-
Nap transition
Perubahan dari dua kali tidur siang ke satu kali, atau bahkan sudah tidak tidur siang, bisa mengganggu pola tidur malamnya.
-
Ritual tidur yang tidak konsisten
Tanpa ritual yang bisa diprediksi, anak jadi sulit memahami kapan waktunya tidur. Tubuhnya pun belum mendapatkan sinyal untuk rileks dan istirahat saat waktu tidur tiba.
-
Perubahan emosional atau lingkungan
Peristiwa besar yang terjadi di sekitar anak dapat mempengaruhi pola tidur si Kecil meskipun tidak disadari. Misalnya pindah rumah, masuk sekolah, pengasuh baru, memiliki adik, dan sebagainya. Ketika anak harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, maka gangguan tidur pun juga bisa muncul.
-
Tidak cukup lelah
Ketika tubuh belum cukup lelah saat waktunya tidur tiba, maka si Kecil bisa jadi menolak untuk tidur. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurang mendapatkan stimulasi aktifitas di siang hari, wake windows yang terlalu pendek, atau nap yang terlalu panjang.
-
Overtired dan overstimulasi
Apabila balita tidur terlalu larut malam atau wake windowsnya terlalu panjang, bisa jadi ia overtired atau terlalu lelah. Ketika balita overtired, maka ia akan rewel serta lebih sulit untuk bisa rileks dan tertidur karena tubuh memproduksi hormon stress (kortisol & adrenalin).
Apa penyebabnya? Bisa dari stimulasi yang berlebih menjelang waktu tidur, terlalu banyak bermain aktif, dan menggunakan gadget/screen time sebelum tidur. Hal-hal ini membuat otak terus terstimulasi untuk aktif terjaga dan mengganggu produksi melatonin (hormon tidur).
Faktor-faktor ini membuat waktu tidur malam bisa menjadi tantangan bagi orang tua. Tetapi jangan khawatir, meski si Kecil sudah memasuki usia balita, pola tidur tetap bisa dibentuk ulang. Kuncinya adalah kesabaran, konsistensi, dan Parents perlu tahu cara memperbaiki kebiasaan tidur di usia balita.
Tips Mengatasi Power Struggle pada Balita
Ketika balita menolak tidur karena ingin merasa "berkuasa", penting bagi orang tua untuk mengalihkan energi tersebut dengan cara yang positif. Berikut dua pendekatan yang bisa Parents coba:
1. Berikan Pilihan yang Terbatas
Sering kali, anak menolak tidur bukan karena tidak mengantuk, tetapi karena ingin merasa punya kendali. Alihkan power struggle dengan memberi pilihan yang tetap dalam kendali Parents, seperti:
“Kamu mau pakai piyama dinosaurus atau piyama biru?”
“Mau sikat gigi dulu atau baca buku dulu?”
Dengan memberi anak kesempatan untuk memilih, Parents membantu anak merasa bahwa pendapatnya dihargai. Hal ini tidak hanya memperkuat ikatan emosional, tetapi juga mendorong terbentuknya rasa percaya diri, mengurangi kecenderungan untuk menolak sebagai bentuk usaha mempertahankan kendali.
2. Berikan Tanggung Jawab
Libatkan anak dalam rutinitas menjelang tidur, misalnya: membereskan mainan, menyiapkan bantal dan selimut, menyalakan atau mematikan lampu tidur.
Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, anak yang dilibatkan dalam pekerjaan rumah sejak usia 3 tahun cenderung memiliki tanggung jawab lebih tinggi, kemampuan mengelola frustrasi yang lebih baik, dan self-esteem yang lebih sehat.
Studi dari La Trobe University (2022) juga menemukan bahwa keterlibatan anak dalam aktivitas rumah tangga dapat meningkatkan fungsi otak, khususnya dalam pengambilan keputusan dan regulasi emosi. Rutinitas seperti membereskan mainan setelah bermain, bukan hanya tentang kedisiplinan, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif anak.
***
Menghadapi balita yang menolak tidur memang tidak mudah. Tapi dengan memahami penyebabnya dan menerapkan pendekatan yang tepat seperti memberikan pilihan dan melibatkan anak dalam rutinitas, maka Parents bisa membantu si Kecil kembali ke pola tidur yang sehat.
Perubahan jadwal tidur siang dari dua kali menjadi satu, atau bahkan tidak tidur siang sama sekali, bisa menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menjaga kualitas tidur malam anak. Banyak orang tua merasa bingung: kapan waktu yang tepat untuk transisi? Apa tanda-tandanya? Bagaimana menghindari overtired?
Jangan khawatir, Parents tidak sendirian.
Di Nap 2–1 Transition Short Class dari Happy Little Sleeper, Parents akan mendapatkan panduan lengkap untuk melewati fase ini dengan lebih percaya diri. Dapatkan video pembelajaran yang singkat dan jelas, jadwal harian yang bisa langsung kamu pakai dan sesuaikan, hingga tips tidur anak praktis berbasis sains.
Kelas ini bisa diakses kapan saja dan dari mana saja, cocok untuk orang tua dengan rutinitas yang padat. Bantu si Kecil melewati fase transisi ini dengan lebih tenang, dan bantu dirimu menikmati malam yang lebih nyenyak lagi. Yuk, klik untuk akses kelasnya sekarang dan jadikan transisi tidur siang bukan lagi sumber stres!
Sumber:
American academy of child and adolescent psychiatry. (2018, June). Chores and Children. www.aacap.org. https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/FFF-Guide/Chores_and_Children-125.aspx
University, L. T. (n.d.). Children’s chores improve brain function. www.latrobe.edu.au. https://www.latrobe.edu.au/news/articles/2022/release/childrens-chores-improve-brain-function